Tausyiah di Masjid Raya Almunawar, Senin 28 April 2008

Tausyiah di Masjid Raya Almunawar, Senin 28 April 2008

{mosimage}Assalamu’alaikum warohmatullallhi wabarokaatuh,
Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin
Wa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiri
Alhamdulillahilladzii hadaanaa bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa ilaihi bil idzni waqod naadaanaa labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa
Shollallahu wa sallama wa baarok’alaih
Alhamdulillahilladzi jam’anaa fi hadzalmahdhor, Limpahan puji kehadirat Allah SWT yang Maha luhur, yang selalu ingin merangkul hamba-hambanya untuk selalu dekat dengan-Nya, yang dalam setiap siang dan malamnya selalu Allah SWT ingin dekat dengan kita, ingin dekat dengan hamba-hambanya, muslimin muslimat umat sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, sehingga muncullah kewajiban sholat, kewajiban sholat yang bukan hal yang sunnah, tapi hal yang fardhu, Allah mewajibkan kepada kita untuk selalu dekat kepada-Nya, disaat-saat ghoflah (lupa ibadah/malas) dan lupa kepada Allah memuncak, maka waktu melakukan sholat pun dirapatkan oleh Allah, sebagaimana kita pahami, antara waktu siang hari sampai terbenam matahari adalah saat-saat kesibukan manusia, disaat itulah justru Allah SWT, (*telah) menjadikan sholat dzuhur, sholat ashar, sholat maghrib, dan sholat isya, tidak ingin hambanya lepas dari-Nya, cemburu jika hambanya menjauh dari-Nya menuju kesibukan membuatnya lupa dari Allah, demikian indahnya Allah.

Maka muncullah tuntunan sang Nabi berupa hal-hal yang sunnah yang lebih rapat lagi Allah SWT merangkul kita, semakin kita mengikuti sunnah semakin kita dirangkul oleh rahmat dan kelembutan-Nya, hingga setiap duduk dan berdirinya selalu dinaungi dzikrullah, duduk berdoa, berdiri berdoa, keluar rumah berdoa, makan berdoa, minum berdoa, masuk rumah berdoa, dalam keadaan apapun berdoa dan berdoa, demikian sunnah Muhammad Rasulullah, menunjukkan semakin tinggi derajat seseorang semakin ia mengamalkan sunnah, semakin dekat ia kepada Allah, semakin banyak ia menyeru Allah, semakin banyak ia berdoa dalam segala keadaannya

Demikian indahnya Robbul’alamin, semakin engkau mengangkat derajatmu dengan mengikuti sunnah, maka engkau semakin dekat dengan Allah tentunya, dengan dzikir-dzikir, dengan doa-doa nabawi yang diajarkan Rasulullah SAW, sehingga segala permasalahan disunnahkan padanya basmalah, kalimat yang sangat agung, merangkum seluruh anugerah dan rahmat sejak alam dicipta hingga alam berakhir, “bismillahirrahmanirrahim” dengan nama Allah, Arrahman Arrahim maknanya sama Maha Pengasih Maha Penyayang, akan tetapi Arrahman kasih sayang Allah berupa seluruh kenikmatan pada segenap hambanya, yang mu’min, yang tidak beriman, yang muslim yang non muslim, yang sholeh, yang fasik, dalam kelompok manapun, mereka dapat rahmatnya Allah dari nama Allah Arrahman, mereka tetap bisa melihat, mereka tetap bisa meneguk air yang milik Allah, mereka tetap bisa melihat dengan mata yang milik Allah, karena mereka tidak menciptakan air dan tidak menciptakan matanya, tidak menciptakan panca inderanya, Allah SWT tetap memberinya dan memberinya walaupun ia diluar Islam, walaupun ia hewan ataupun tumbuhan ataupun zholim, ataupun fasik, ataupun mu’min, maka seluruh kenikmatan yang pernah ada dari sejak alam semesta dicipta hingga alam semesta berakhir, terkandung dalam satu kalimat “Arrahman”,

Namaku dan nama kalian pula berada didalam samudera Arrahman, yang selalu mendapatkan rahmat dan kenikmatan setiap waktu dan kejap, seluruh kenikmatan yang ada, lantas Arrahim adalah kasih sayang Allah khusus hamba-hambanya yang beriman, kelezatan doa, keindahan munajat, kenikmatan sujud dan surga yang kekal dan abadi, kesemuanya itu dirangkum oleh nama Allah Arrahim, maka ketika seseorang menyebut “bismillahirrahmanirrahin” maka ia berkata demi nama Allah yang merangkum seluruh kenikmatan sejak dicipta alam hingga alam berakhir hingga alam abadi berkelanjutan tanpa batas, kalimat “bismillahirrahmanirrahin” merangkum seluruh kenikmatan zhohiron wa bathina dunia wal akhiroh, kalimat yang demikian singkat merangkum seluruh kejadian alam semesta, seluruh kebahagiaan, seluruh kenikmatan yang diciptakan oleh Allah, berada didalam kalimat “bismillahirrahmanirrahin” dan Allah menjadikan umat ini selalu didalam kalimat itu dalam setiap keadaan, duduk disunnahkan basmalah, berdiri disunnahkan basmalah, makan basmalah, minum basmalah, semuanya basmalah, basmalah, basmalah, selalu ia mengikat dirinya dengan sang pembagi rahmat zhohiran wa bathinan dunia wal (maupun) akhirat, jika ia mengikuti sunnah itu maka akan berubahlah musibahnya menjadi rahmat, jika ia meminum sesuatu yang disitu terdapat hal yang mudharat (kesusahan/membawa kesulitan) baginya.

Jika ia menggunakan basmalah maka akan menjadi rahmat baginya, demikian pula keadaannya dan gerak-geriknya, keluar rumahnya yang barangkali ia akan terkena musibah, gara-gara ia mengucapkan “bismillahirrahmanirrahin” berbalik musibah akan menjadi rahmat Allah, demikian hebatnya hadirin hadirot, mu’jizat sayyidina Muhammad SAW, karena sunnah sang Nabi dan ajarannya itu adalah mu’jizat Rasulullah, bukan dari kemuliaan ucapan kita, kalau dari kemuliaan ucapan kita tergantung diri kita, apakah khusyu’ mengucapnya atau tidak, tapi ketika ia berniat mengikuti sunnah sang Nabi, maka ia telah membuka kekuatan mu’jizat sayyidina Muhammad SAW, akan muncul keberkahannya jauh lebih agung dan luhur.

Rasulullah SAW selalu menuntun kita untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, dan Ia (*Dialah) Allah SWT Maha dekat kepada kita, lebih dekat dari semua hamba kepada kita, disaat kita di alam rahim, kita pun hanya berdua dengan Allah, disaat kita di alam kubur pun kita hanya bersama Allah, tidak bersama teman, tidak bersama musuh, tidak ada kekasih, tidak ada teman dan lawan, sendiri ribuan tahun, jika ia ruh orang-orang yang sholeh, tentunya berkumpul bersama ruh yang sholeh.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, Rasul pembawa sejahtera di alam, pembawa rahmat dan kasih sayang di alam, beliau selalu menuntun kita kepada kesejahteraan dalam segala hal, dalam ibadah, dalam berkeluarga, dalam bermasyarakat, dalam segala hal, sedemikian indahnya tuntunan-tuntunan sunnah sang Nabi seraya bersabda, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, “man kaana yu,minu billaahi wal- yaumil-aakhir falaa yu,dzi jaarohu” barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir janganlah menyakiti tetangganya “wa man kaana yu,minu billaahi wal-yaumil-aakhiri fal-yukrim dhoyfahu” barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya ” wa man kaana yu,minu billaahi wal-yaumil-aakhiri fal-yaqul khoiron au liyashmu” dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik atau diam”

Hadits ini hadirin riwayat Shohih Bukhori “barang siapa yang beriman” kata Rasulullah, maksudnya ini diserukan kepada Rasul agar orang-orang yang beriman mendengar dengan seksama, “man kaana yu,minu billaahi wal- yaumil-aakhir falaa yu,dzi jaarohu” mereka yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya jangan mengganggu tetangganya”, disini muncul hadirin hadirot, satu teguran atau kritikan, ketika munculnya perayaan-perayaan maulidinnabi SAW, maka sebagian mereka menjadikan hadits ini sebagai hujjah (dalil/bukti) bahwa perayaan maulid dan hal semacamnya mengganggu tetangga, ini hadirin hadirot, hadits ini dijadikan dalil untuk menolak perayaan-perayaan tersebut, dengan alasan sabda Nabi: “man kaana yu,minu billaahi wal- yaumil-aakhir falaa yu,dzi jaarohu” orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat jangan mengganggu tetangganya; jika tetangga merasa terganggu maka hal ini tentunya dosa dan bertentangan dengan sunnah

Hadirin hadirot tentunya perayaan maulid atau majelis dzikir, atau majelis ta’lim, itu bukan mengganggu tetangga, itu justru menguntungkan tetangga, adakah keuntungan yang lebih afdhol daripada tumpah ruahnya hujan rahmat Ilahi dan tetangga kebagaian rahmat-Nya walaupun tidak hadir, ini seakan-akan pembagian harta berlian dan emas disatu tempat, dibagi-bagikan pada yang hadir dan pada tetangga sekitar, apakah ini disebut mengganggu tetangga, tentunya ini justru menguntungkan tetangga, terkecuali kalau seandainya panggung-panggung maksiat, mabuk-mabukkan dan lain sebagainya, tentunya ini mengganggu tetangga, akan tetapi kedangkalan pemahaman sebagian muslimin muslimat, membalikkan hadits sehingga ia tidak memahami turunnya hujan rahmat diwilayahnya dan diwilayah sekitar, yang dengannya tersingkir musibah dan cobaan yang datang pada wilayah itu karena adanya majelis dzikir, atau majelis maulid, atau majelis sholawat, atau majelis-majelis yang mengagungkan Allah dan Rasul, membawa rahmat dan keberuntungan bagi wilayah sekitar, hal seperti itu mesti dilestarikan, demikian hadirin hadirot.

“wa man kaana yu,minu billaahi wal-yaumil-aakhiri fal-yukrim dhoyfahu” barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia memuliakan tamunya; al-Iman ibnu Hajar al-Asgholani didalam kitabnya fathul baari bi syarah shohih bukhori, menukil (mengutip) salah satu riwayat, bahwa Nabi SAW diriwayatkan didalam Shohih Bukhori; pernah juga ketika datang tamu, belum sempat keluar menghadap tamunya, Rasulullah tampaknya marah, berkata; na’udzubillah daripada tamu yang su’ul khotimah, na’udzubillah dari tamu yang buruk, lantas Rasul SAW keluar namun beliau menemuinya dengan wajah yang indah dan penyambutan, setelah tamu keluar, pergi pulang, istrinya yaitu sayyidatina Aisyah ra bertanya “ya Rasulullah tadi sebelum kau jumpa tamu, kau berlindung pada Allah dari tamu jahat itu, tapi kau temui juga” Rasul SAW bersabda “wahai Aisyah tiada sepantasnya seseorang menunjukkan keburukan kepada para tamu-tamunya”. Al-Iman ibnu Hajar menjelaskan, walaupun yang datang itu adalah orang yang sangat jahat sekalipun, sehingga Rasul mengetahui orang itu wafat su’ul khotimah, tidak selayaknya untuk ia mengecewakannya dan tidak menemuinya, akan tetapi sebagian ulama, memberikan kejelasan bagi mereka yang berada didalam kegundahan atau berada didalam sakit yang sedemikian parahnya, boleh menghindarkan dirinya dari tamu-tamu, bukan untuk menghindari tamu daripada apakah ia baik atau jahat, bukan itu, tapi menghindarkan keburukan dirinya untuk tidak menyakiti hati tamunya

Demikian hadirin hadirot, selanjutnya kita lanjutkan hadits : “wa man kaana yu,minu billaahi wal-yaumil-aakhiri fal-yaqul khoiron au liyashmut” dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik-baik atau dia diam” maksudnya disini bukan tidak boleh bicara, tetapi ketika ia terjebak kepada satu pembicaraan baik atau buruk, maka hendaknya ia memilih yang baik, jika ucapannya itu bisa menjadi fitnah, atau mungkin salah, mungkin benar, lebih baik ia diam, kenapa? orang yang diam kalau seandainya yang dibicarakan dihadapannya itu benar, dia tidak menentang, tapi kalau yang dibicarakan dihadapannya itu salah, dia tidak mengiyakan, dia selamat kalau dia diam, maksudnya ketika sedang muncul satu pembahasan atau satu perdebatan, atau satu permasalahan, jika ia tidak tahu mana yang betul mana yang salah, hendaknya ia diam, karena jika ia bicara, kalau seandainya pembicaraan itu salah, ia ikut terkena dosa, kalau pembicaraan itu benar tapi ia tidak tahu dan ragu, ia tidak menentangnya.

Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, ketika muncul perdebatan suatu masalah, maka jika kita ragu mana yang benar mana yang salah, diam adalah keselamatan “fal-yaqul khoiron au liyashmut” demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah SWT , indahnya sunnah Nabi kita Muhammad SAW.

Rasulullah SAW bersabda diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: “kullu muslim shodaqoh” Rasul SAW bersabda, setiap perbuatan muslim itu shodaqoh, para shahabat bertanya; bagaimana shodaqoh ya Rasulullah kalau dia tidak punya harta? Rasulullah SAW menjawab; jika ia tidak punya harta untuk shodaqoh, maka ia bekerja, lalu bershodaqoh dari hasil kerjanya, shahabat tanya lagi; ya Rasulullah bagaimana kalau ia tidak bisa juga? Barangkali tidak ada pekerjaannya atau hasil pekerjaannya hanya cukup menafkahi keluarganya, tidak cukup bershodaqoh, maka Rasul berkata; ia membantu orang yang punya hajat, orang lagi misalnya dorong mobil mogok, turun ia ikut mendorongnya, membantu semua hajat orang lain, walaupun bukan dengan harta, terhitung shodaqoh

Demikian hadirin hadirot, sahabat tanya lagi, ya Rasulullah; kalau tidak bisa juga? tidak mampu shodaqoh, atau tidak ada orang yang akan dishodaqohi, atau ia tidak mampu juga membantu orang yang sedang punya hajat, kebetulan tidak ada yang bisa dibantu, maka Rasul berkata; “fal-yaqul khoiron wa amara bil-ma’ruf” ajak orang berbuat baik, ajak ke majelis dzikir, ajak ke masjid, ajak ke majelis ta’lim dan berbicara yang baik-baik,
demikian hadirin hadirot, sahabat tanya lagi, ya Rasulullah; kalau tidak bisa juga? barangkali uzur atau sakit tidak bisa keluar rumah, atau cacat atau lainnya, apa yang harus ia perbuat kalau ia tidak bisa berbuat apa-apa, maka ia menahan dirinya dari mengganggu orang lain, menahan diri dari mengganggu orang lain adalah shodaqoh, Islam dan tuntunan sang Nabi tidak menyisakan satu detik pun, terkecuali tersimpan padanya pahala kemuliaan, dalam keadaan apapun, yang mampu shodaqoh, shodaqoh, yang tidak mampu bekerja maka shodaqoh, yang tidak mampu shodaqoh maka membantu orang yang sedang ada hajat kebutuhannya maka menjadi pahala shodaqoh walaupun bukan dengan harta, jika tidak mampu maka mengajak kepada kebaikan, berbicara dengan hal-hal yang mulia, itu semua pahala shodaqoh, shodaqoh, shodaqoh, jika tidak mampu jangan mengganggu orang lain, karena menahan diri dari mengganggu orang lain adalah pahala shodaqoh, demikian indahnya sunnah Nabi kita Muhammad SAW, kenali keindahan didalam kehidupanmu.

Hadirin hadirot sampailah kita pada hadits yang kita baca dimalam hari ini, “kullu ma’ruufin shodaqoh” ini sudah penyempurnaan semuanya, “semua hal yang baik itu adalah shodaqoh” kata Rasul, Al-Iman ibnu Hajar didalam kitabnya fathul baari bi syarah shohih bukhori, menjelaskan makna kalimat shodaqoh didalam hadits ini bukan shodaqoh infaq, tapi pahala, yaitu bershodaqoh pada diri sendiri juga termasuk pahala, tidak harus shodaqoh pada orang lain, shodaqoh pada diri sendiri itu dengan beramal sholeh, membantu orang lain, mengajak kepada kebaikan, itu shodaqoh pada diri sendiri itupun pahala, “kullu ma’ruufin shodaqoh” ini hadirin hadirot, Al-Iman ibnu Rajab ‘alaihi rahmatullah didalam kitabnya “Jami’ul ‘ulum wal-hikam” menjelaskan bahwa makna, Rasul telah memerintahkan seluruh perbuatan baik yang telah lalu dan yang akan datang sudah diperintah oleh Rasul, tidak ada yang disebut hal-hal yang baru selama itu baik adalah bid’ah dholalah, tidak ada, Al-Iman ibnu Rajab menukil (mengutip) Firman Allah SWT: “innallaha ya,murukum bil-‘adli wal-ihsaan wa iitaaidzil-qurba wa yanhaa ‘anil-fahsyai wal-munkari wal-baghy….ila akhiril ayat ” Imam ibnu Rajab berkata; ayat ini tidak menyisakan seluruh kebaikan yang ada di alam ini, dizaman Nabi hingga akhiruzzaman terkecuali sudah diperintah oleh Allah, semua hal yang baik, apakah ada dizaman Rasul atau belum ada, demikian ayat ini telah melarang semua hal yang buruk yang ada dizaman Rasul dan yang belum ada dizaman Rasul, seperti narkotika kan belum ada dizaman Rasul, lalu apakah melarang narkotika adalah bid’ah? tentunya tidak.

Demikian hadiri hadirot banyak hal-hal yang munkar yang belum ada dizaman Rasul diharamkan, karena hal itu munkar, demikian pula hal yang ma’ruf, hal yang baik yang belum ada dizaman Rasul, diperbolehkan melakukannya, dan berupah pahala, sebagaimana riwayat Shohih Bukhori; sayyidina Utsman bin Affan menambahkan adzan jum’at menjadi dua kali adzan, disaat sholat jum’at, itu riwayat Shohih Bukhori, diperbuat pertama kali oleh sayyidina Utsman bin Affan ra, dan belum pernah diperbuat seperti itu dizaman Rasul, kenapa adzan dibikin dua kali, karena untuk memberi peringatan kepada muslimin, karena muslimin semakin banyak, datang dari jauh penjuru Madinatul Munawaroh, perlu pakai adzan dua kali, kalau adzan cuma sekali banyak terlambat muslimin muslimat, maka dipakai adzan dua kali oleh sayyidina Utsman bin Affan ra, diteruskan oleh sayyidina Ali dimasa khalifahnya karromallahu wajhah wa rodiyallahu ta’ala ‘anhu dan diteruskan oleh seluruh mazhab, tidak ada satu mazhab pun yang menjalankan adzan satu kali, terkecuali orang-orang terakhir dimasa sekarang ini adzan satu kali.

Ini berikhtilaf dengan sayyidina Utsman bin Affan ra dan sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan seluruh jama’atul mazhab, seandainya seseorang merasa lebih tahu dari pada khalifah Utsman bin Affan dan khalifah Ali bin Abi Thailb, siapakah dia? ra para shahabat dizaman itu ikut dengan peraturan sayyidina Utsman bin Affan dan tentunya Rasul telah bersabda: “ikutilah sunnahku wa sunnatul-khulafaurrosyidin” ikutilah perbuatanku dan perbuatan khulafaurrosyidin ra ‘anhum wa ardhohum (keempat sahabat Rasul saw yang utama), ini hal yang baik yang belum ada dizaman Rasul, sayyidina Utsman bin Affan mengadakan adzan menjadi dua kali dan hal itu diakui oleh seluruh mazhab, disinilah sabda Nabi SAW, ”kullu ma’ruufin shodaqoh” semua hal yang baik adalah pahala, semua hal yang baik, masang lampu di masjid, inikan belum ada dizaman Rasul, dizaman itu pelita bukan lampu, beli kabel untuk masjid misalnya, ini belum ada dizaman Rasul dan ini baik, maka hal itu membawa pahala

Demikian hadirin hadirot diantaranya maulidinnabi Muhammad SAW, hal itu baik, bawa keberuntungan bagi muslimin tidak membawa kerugian, kalau orang berkata menghabiskan harta yang banyak hanya untuk perayaan maulid, jangan berkata; hanya untuk, karena ini untuk syi’ar muslimin, syi’ar muslimin muslimat tidak ada yang isyrak (syirik/kafir), tidak ada yang mubadzir kalau untuk Allah dan Rasul, bagaimana dengan Abu Bakar As-Sidiq ra yang menafkahkan seluruh hartanya untuk Rasulullah tanpa menyisakan untuk anak dan istrinya, apakah ini disebut isyrak dan mubadzir? tentunya tidak, karena demi perjuangan agama. Dan kita melihat bagaimana artis-artis yang dieluh-eluhkan dan diagungkan panggung-panggungnya, malu kita hadirin hadirot, mereka bayar 10.000 – 20.000 – 50.000 rupiah untuk bisa melihat wajah artisnya, untuk bisa kumpul dengan mereka, ketinggalan sholat maghrib, sholat isya, sholat ashar, mereka tidak peduli, yang penting bisa hadir, ia keluarkan hartanya, bahkan kalau artisnya datang dari luar negeri bisa ratusan ribu, bisa jutaan, masih penuh juga, hadirin hadirot, ini siapa yang masuk, non muslim? bukan, paling banyak muslimin yang meramaikan, melihat keadaan seperti ini, maka kita mesti meramaikan pula hal-hal yang bersifat mulia dan ma’ruf diantaranya maulidin Nabi Muhammad SAW, kalau mau diingkari, ingkari itu pannggung-panggung maksiat, jangan ingkari maulid Nabi, orang bersholawat kumpul jauh lebih afdhol daripada tidak ada perkumpulan sholawat pada Nabi Muhammad dan perkumpulan orang-orang yang mencintai Rasulullah SAW.

Rasul SAW adalah makhluk yang paling indah budi pekertinya, tingkah lakunya dan semua apa yang beliau perbuat selalu indah dan lembut, sehingga ketika datang salah seorang Yahudi lewat dirumah Rasul, Rasul sedang bersama isterinya Aisyah ra, berkata Yahudi: “assaammu’alaikum”, hadirin beda antara ”assalamu’alaikum” dengan “assaammu’alaikum” tidak pakai lam, sam itu artinya kecelakaan dan laknat, Yahudi sengaja berkata: “assaammu’alaikum” kecelakaan atas kalian dan laknat; sayyidatina Aisyah menjawab dengan marah; laknatullah ‘alaikum” terus marah sayyidatina Aisyah ra, Rasul SAW bersabda: “innallaha yuhibbu ribbik fi kulli amrin” Allah itu Aisyah (*wahai Aisyah, Allah itu) menyukai kelembutan dalam segala urusan” Allah tidak menyukai kekerasan, sayyidatina Aisyah berkata: ya Rasulullah awalam tasma’ engkau tidak dengar ucapan mereka tadi, dia mengatakan kita ini laknat dan celaka, tetap Rasul SAW berkata cukup kau katakan:”wa’alaikum” sudah, tidak usah dilebih-lebihkan lagi, “innallaha yuhibbu ribbik fi kulli amrin” Allah SWT menyukai kelembutan dan kasih sayang dalam segala hal,
demikian hadirin hadirot indahnya Nabi kita Muhammad SAW, oleh sebab itu paling banyak pengikutnya karena lemah lembut dan berkasih sayang, cepat orang-orang masuk dalam Islam, karena lemah lembut dan kasih sayang dan ini difirmankan oleh Allah: “wa inkunta fadhlan gholizhon qalb lan fadhlu min haulik” jika engkau ini keras dan bengis dan tegas, semua orang akan meninggalkanmu wahai Muhammad” demikian firman Allah SWT mengajari hatinya berlemah lembut, oleh sebab itu hadirin hadirot, kita lihat budi pekerti sang Nabi yang demikian indahnya.

Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, salah seorang shahabat ini dari dusun, ia datang dari dusun, sudah masuk Islam, muslimin, tapi belum kenal ajaran Islam dengan sempurna, ia masuk ke masjid Nabawi, buang air kecil di masjid Nabawi, dikerubuti oleh para shahabat, ada yang marah padanya, ada yang mencelanya, ada yang ingin memukulinya, kurang ajar ini orang tidak punya tempat buang air kecil di masjid Nabawi, hanya Rasulullah SAW yang lemah lembut kepadanya, yang lain marah, hanya Rasulullah yang tidak marah, Rasul berkata: biarkan dia sampai selesai, sudah selesai baru dikasih tahu ini tempat bukan tempat buang air kecil, lantas Rasulullah memerintahkan shahabat untuk membasahi dan menyiramnya sampai bersih, tidak ada kemarahan, tidak ada cela, tidak ada teguran pedas dari Nabi SAW untuk orang yang buang air kecil didalam masjid, ketika sholat, orang ini ikut sholat, maka ia berdoa kepada Allah: “Allahummarhamni wa Muhammada walaa tarham ma’ana ahadaa” wahai Allah kasihanilah dan rahmatilah aku dan Nabi Muhammad dan jangan sayangi selain aku dan Nabi Muhammad”, orang dusun, selesai sholat Rasul menoleh; innaka qod hajjarta waasi’ah” engkau ini mau menghalangi rahmat dari yang Maha Luas.

Ini menunjukkan hadirin, kesempurnaan iman adalah dengan mencintai Rasulullah SAW melebihi daripada makhluk lainnya, “laa yu,minu ahadukum hatta akuuna ahabba ilaihi min waladihi wa waalidihi wan-naasi ajma’iin” ini orang datang dari dusun dalam keadaan yang buruk dan adab yang buruk, dengan akhlak yang demikian indah terangkatlah ia pada puncak kesempurnaan, sehingga ia tidak mau mendoakan orang lain, selain dirinya dan Nabi Muhammad SAW, walaupun perbuatannya tidak tepat, kalau mau doakan, doakan semua orang, tapi ini orang polos, orang dusun ini, terlihat bagaimana polos cintanya hanya untuk Nabi Muhammad SAW, ia tidak punya cinta lagi, tidak mendoakan lagi, mana teman, mana keluarga, mana kerabat, ia hanya mendoakan: “Allahummarhamni wa Muhammada walaa tarham ma’ana ahadaa” wahai Allah kasihanilah dan rahmatilah aku dan Nabi Muhammad dan jangan sayangi selain aku dan Nabi Muhammad” tentunya ini adalah puncak cinta walaupun bukan pada tempatnya, tapi kita lihat bagaimana budi pekerti yang indah, berubah keadaan dari seburuk-buruk keadaan, buang air kecil dimasjid itukan puncak keburukan adab, berubah menjadi puncak iman yang sempurna karena demikian indahnya akhlak Nabiyyuna Muhammad SAW, demikian banyaknya orang yang masuk Islam karena akhlak seperti ini,
demikian indahnya orang-orang mencintai Nabi Muhammad SAW karena budi pekerti seperti ini dan Allah mencintai pula dengan iringan: “wa innaka la’alaa khuluqin ’azhiim” Allah berikan pada sang Nabi kekuatan dan jabatan yang tidak diberikan pada makhluk lainnya.

Kita sering mendengar kalimat ”istighotsah” ini pembahasan saya yang terakhir, kita sering mendengar tentang kalimat istighotsah, istighotsah adalah berdoa dan bermunajat dan istighotsah kepada makhluk adalah memanggil nama makhluk untuk menyelamatkan diri, hal seperti ini diingkari oleh sebagian saudara kita, dengan mengatakan istighotsah itu hanya untuk Allah, minta pertolongan ya (*hanya kepada) Allah, bolehkah minta pertolongan dengan ya Muhammad, ini diingkari oleh sebagian saudara kita, hadirin, istighotsah diperbolehkan oleh Nabi SAW dengan nash sharih (sumber yang jelas) riwayat shohih bukhori, istighotsah diperbolehkan oleh Rasul dengan hadits shohih riwayat shohih bukhori, Rasul SAW bersabda: “ana sayyidunnaas yaumal qiyamah” aku pemimpin seluruh manusia dihari kiamat” melihat shahabat tidak ada tanggapan, Rasul tanya lagi: “ata’rifuuna kaifa dzalik” tahukah kalian maksudnya pemimpin seluruh manusia dihari kiamat? Para shahabat berkata: “Allah wa Rasuluhu a’lam” Allah dan Rasulnya Maha Tahu”

Rasul berkata: ketika manusia sudah berada satu jengkal dengan matahari diatas kepalanya, sebagian manusia tenggelam dengan keringat sampai kelehernya, maka mereka berdebat satu sama lain, adakah kita cari pertolongan dari orang yang bisa menolong kita, mereka pergi kepada Adam, ini yang bercerita Rasulullah SAW, mereka pergi kepada Adam, fastaghoosu bi Adam” maka mereka beristighotsah, memanggil nama Adam, berarti beristighotsah kepada Nabi Adam boleh, istighotsah kepada makhluk, memanggil nama, wahai Adam, wahai Adam, minta pertolongan boleh, Rasul tidak mengatakannya syirik, kalau mengatakannya syirik mesti dilarang oleh Rasul, Rasul berkata: istaghootsu bi Adam” mereka beristighotsah pada Adam dengan ucapan : ya Adam innaka abul basyar” wahai Adam engkau adalah ayah dari seluruh manusia” maka Adam berkata: nafsi nafsi idzhab ilaa ghoirii” diriku diriku pergi pada selainku, hadits ini menunjukkan bolehnya beristighotsah kepada manusia, mengenai dikabulkan atau tidak bukan itu pembahasannya, dalam kejadian ini tidak dikabulkan oleh Allah, tapi jika bicara boleh atau tidak, boleh tentunya, karena Rasul tidak mengatakan hal itu syirik, atau hal terlarang, “fastaghootsu bi Musa” mereka beristighotsah lagi kepada Nabi Musa, istighotsah kedua kepada Nabi Lagi, ia berdoa wahai Musa, wahai kalimullah, ini memanggil selain Allah tentunya, boleh atau tidak? (jawabannya) boleh, buktinya Rasul yang bercerita, fastaghootsu bi isa” beristighotsah lagi kepada Nabi isa, ditolak lagi, fastaghootsu bi Muhammadin” maka mereka beristighotsah kepada Nabi Muhammad, mereka memanggil nama wahai Muhammad wahai Muhammad, siapa yang menceritakan? yang menceritakan adalah yang tidak berbicara terkecuali wahyu dari Allah, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Riwayat Shohih Bukhori, mereka memanggil nama Muhammad, ya Muhammad ya Muhammad, semua tangan terangkat kepada Rasul, maka aku menjawab: ana laha” akulah yang diberi izin oleh Allah untuk memberikan syafa’at, beliau menghadap kepada Allah dan bersujud, “Robbii ummatii ummatii” aku bersujud dibawah Arsy Allah memintakan pertolongan untuk umatku, maka Allah berkata: “idfa’ ra’saka wasal-tu’tho wasyfa’ tusyaffa’ angkat kepalamu beri syafa’at kepada orang yang akan kau beri syafa’at, tusyaffa’ bagikan syafa’at! Syafa’at itu hadirin banyak, bukan hanya dari Nabi saja, syuhada memberi syafa’at, al-Qur’an memberi syafa’at, shodaqoh memberi syafa’at, masjid memberi syafa’at, orang tua memberi syafa’at, banyak yang bisa memberi syafa’at, tapi seluruh syafa’at itu dibuka oleh Nabi Muhammad SAW, karena Allah berkata “idfa’ ra’saka wasal-tu’tho wasyfa’ (beri syafa’at) tusyaffa’ (dan bagikan hak syafa’at) barulah Rasul membagikan hak-hak syafa’at, shahabat memberi syafa’at, para wali, para sholeh, para syuhada, masing-masing boleh memberi syafa’at, hak syafa’at dibuka dengan sujud sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaihi wa’ala alih, oleh sebab itu kalau beristighotsah kepada Rasul SAW dikabul didunia bahkan sampai akhirat masih dikabul oleh Allah, saat semua istighotsah sudah tidak berlaku, istighotsah kepada Nabi Muhammad SAW tetap berlaku.

Hadirin hadirot kita bermunajat kepada Allah SWT, semoga Allah SWT menghiasi hari-hari kita dengan kebahagiaan, Ya Rahman Ya Rahim, makmurkanlah wilayah muslimin muslimat dengan para pecinta Nabi Muhammad SAW, kami bermunajat Ya Rahman Ya Rahim untuk para pemuda kami, untuk masyarakat kami, untuk para orang tua kami, untuk para konglomerat muslimin muslimat, untuk para pejabat muslimin muslimat, untuk para petani muslimin muslimat, untuk para pedagang muslimin muslimat, untuk para buruh muslimin muslimat, hujani mereka dengan hidayah dan inayah dan barokah dan syafa’qoh dan rahmah.

Hadirin hadirot, tidaklah engkau berdoa untuk satu orang saudaramu, maka malaikat akan berkata: amin wa laka mitsluk” demikian riwayat Shohih Muslim, ketika engkau berdoa untuk satu orang saudaramu, malaikat berkata amin dan bagimu juga sebagaimana doamu”, ketika engkau berdoa untuk seluruh muslimin muslimat, maka bermilyar-milyar doa para malaikat selalu untukmu, maka kita bermunajat kepada Allah Ya Rahman Ya Rahim, hapuskan dosa-dosa kami dan dosa ayah bunda kami, limpahkan hidayah bagi muslimin muslimat, mereka yang masih terjebak didalam perzinahan, yang masih terjebak didalam narkotika, yang masih terjebak didalam perjudian dan segala hal-hal yang munkar, hujani mereka dengan hidayah, hujani mereka dengan keinginan untuk bertaubat, Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal-Ikrom Ya dzatthouli wal-in’am.

Tidak lupa kami berdoa untuk kerabat dan teman-teman kami yang telah wafat, mereka yang didalam kebahagiaan tambahkan kebahagiannya, mereka yang didalam kesempitan di alam kubur bebaskan dari kesempitannya, mereka yang masih menjerit hingga malam hari ini di alam kubur, bebaskan mereka dari segala jeritannya, mereka yang masih menggelepar di alam barzah, dihimpit oleh dosa-dosanya hingga malam hari ini, bebaskan mereka Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal-Ikrom Ya dzatthouli wal-in’am,
makmurkan majelis-majelis dzikir, makmurkan majelis-majelis ta’lim, bangkitkan keinginan muslimin muslimat untuk meramaikan majelis-majelis dzikir, untuk meramaikan majelis-majelis ta’lim Ya Rahman Ya Rahim inilah jiwa kami yang penuh dosa dan kesalahan, inilah jiwa kami yang selalu ingin menghindar dari apa yang Engkau perintahkan dan selalu ingin melakukan hal-hal yang Engkau larang,

Ya Rahman Ya Rahim pada siapa kami mengadukan jiwa ini dan sanubari ini, kalau bukan kepada-Mu Ya Rahman Ya Rahim telah Kau ciptakan kami dalam keadaan lemah, telah Engkau ciptakan kami untuk selalu berdoa kepada-Mu, maka kami memanggil nama-Mu yang Maha Agung, nama yang berawal dari-Nya seluruh kebahagiaan, yang dengan memanggil-Nya runtuhlah seluruh dosa-dosa dan musibah, dan cobaan dan kesulitan, Ya Rahman Ya Rahim,
wahai yang Maha menerbitkan kebahagiaan dan rahmat sepanjang waktu dan zaman, kami memanggil nama-Mu yang Maha Luhur, dan mustahil Engkau akan mengecewakan hamba-hamba-Mu yang memanggil nama-Mu, terkecuali telah kami dengar sabda Nabi Muhammad SAW: tiadalah seseorang yang berdoa kepada Allah terkecuali Allah pasti mengabulkan doanya, atau jika tidak Allah angkat satu dosanya, atau jika tidak Allah angkat satu musibah yang akan datang padanya, maka hadirin hadirot, engkau tidak akan rugi dengan menerangi jiwamu dengan nama Allah, menerangi bibirmu dengan nama Allah, menerangi seluruh sel tubuhmu dengan cahaya Allah faquuluu Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Hadirin hadirot sebelum kita lanjutkan dzikir, ada satu kabar gembira, jika kalian percaya atau tidak percaya, tidak percaya pun tidak berdosa, saudara kita yang kembali ke Australia malam selasa yang lalu hadir bersama ibundanya, sore tadi baru saja sms saya terima, ia bermimpi melihat hujjatul Islam wa barokatul anam al-Imam Abdullah bin alwi Al-Haddad, berdiri diatas kuburnya, ketika ditanya; mau kemana engkau wahai Imam? Ia berkata; aku akan hadir ke majelis Rasulullah, malam hari ini kita dengar qosidah dari KH. Abdurrahman Mukhtar, qosidah al-Imam Abdullah bin alwi Al-Haddad hujjatul Islam wa barokatul anam, yang beliau itu hafal lebih dari 300 ribu hadits dengan sanad dan hukum matan, shohiburrotib (orang yang menyusun Ratib), sore hari ini ia bermimpi, ia di Australia Sydney, ia bermimpi al-Imam Abdullah bin alwi Al-Haddad, berdiri diatas kuburnya ketika ditanya; mau kemana engkau wahai Imam? Ia berkata; aku akan hadir ke majelis Rasulullah.

Kita berdoa dengan arwah para sholihin, dengan kehadiran ahlu badar, dengan kehadiran ahlu uhud, Ya Rahman Ya Rahim, dan juga telah sampai kabar di website, salah seorang dari pengunjung majelis ini, melihat kehadiran Rasul dan ahlu badar di majelis ini, kehadiran para shahabat, demikian hadirin sabda Nabiyyuna Muhammad SAW: “ruh junudun mujannadah” ruh itu pasukan yang berkelompok-kelompok” jika saling mencintai maka akan bersatu, jika saling berpisah dan berselisih maka akan saling bercerai berai, ruh tidak bisa disamakan dengan jasad, ruh yang telah wafat tetap bersatu dengan ruh yang masih hidup selama mereka saling mencintai, buktinya ketika sayyidina Bilal bin Robah ia akan wafat, seraya berkata: aku gembira karena akan jumpa dengan ruh Nabi Muhammad dan pasukan Nabi Muhammad SAW, demikian ucapan Bilal bin Robah disaat yang terakhir, dan pula riwayat Shohih, ketika Rasul SAW selesai mendoakan orang-orang yang perang dimedan mu’tah maka datanglah ruh sayyidina Ja’far As-shodiq menyampaikan salam perpisahan, menunjukkan ruh bisa mendatangi yang hidup jika diizinkan oleh Allah SWT,

Faquuluu Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim ya dzaljalali wal-Ikrom, terangi hari-harimu dengan nama Allah, Robbi masing-masing dari kami punya hajat, mempunyai doa dan munajat yang masih menanti pengabulan dari-Mu, maka kabulkan seluruh hajat kami, adik-adik kami yang baru saja melewati ujian, beri mereka kelulusan yang sempurna, mereka yang belum mendapatkan pekerjaan ya Robbi mudahkan bagi mereka mendapatkan pekerjaan, mereka yang dalam kesulitan perdagangannya Robbii mudahkan dalam perdagangannya, mudahkan seluruh permasalahan muslimin muslimat, mereka yang masih terjebak oleh hutang Robbi lepaskan mereka dari hutangnya, mereka yang masih terjebak dalam dosa Robbii hapuskan seluruh dosa-dosanya, mereka yang masih dirintangi oleh musibah dan hambatan, singkirkan seluruh hambatannya, demi keagungan nama-Mu yang Maha Luhur, yang Maha menentukan segala kejadian, wahai Maha Raja alam semesta, wahai yang membangun langit dan bumi dari ketiadaan, faquuluu Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal-Ikrom wa shollallahu ‘ala sayyidina Muhammadin wa’ala aalihi wa shohbihi wa sallam wal-hamdulillahi Robbil’alamin