Sehelai Rambut Rasulullah saw, Senin 24 September 2012


S
ehelai Rambut Rasulullah SAW
Senin, 24 September 2012

عَنْ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ: قُلْتُ لِعَبِيدَةَ، عِنْدَنَا، مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَصَبْنَاهُ، مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ، أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ
فَقَالَ لَأَنْ تَكُونَ عِنْدِي شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

(صحيح البخاري)

Dari Ibn Siiriin (ra) berkata, kukatakan pada Ubaidah (ra) aku memiliki sehelai Rambut Nabi SAW, kudapatkan dari Anas (ra) atau dari keluarga Anas (ra), maka ia berkata (Ubaidah ra): Jika kumiliki sehelai Rambut beliau SAW lebih kusukai dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Melimpahkan kemuliaan dan rahmatNya di setiap waktu kepada hamba-hambaNya yang beriman atau yang tidak beriman, kepada hamba-hambaNya yang shalih ataupun yang tidak, bahkan kepada semua makhluk yang di muka bumi selain manusia seperti hewan dan tumbuhan, atau makhluk-makhluk yang tidak bergerak seperti bebatuan, atau debu dan lainnya, sehingga kesemua makhluk yang berada di langit dan di bumi mengagungkan nama Yang Maha Luhur dan Mulia, maka janganlah kita menganggap benda-benda mati yang ada di muka bumi ini hanya sekedar benda mati yang tidak bergerak, akan tetapi kesemuanya berdzikir, memuji dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

( الإسراء : 44 )

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. ( QS.Al Israa: 44 )

Dan hal tersebut, telah ditemukan oleh para Ilmuwan di zaman ini yang mengatakan bahwa semua benda memilki suara, baik itu adalah benda hidup atau pun benda mati seperti hewan, tumbuhan atau bebatuan dan lainnya, kesemuanya memiliki frekuensi suara masing-masing, dan kesemuanya memilki suara namun sebagian suara tersebut tidak difahami dan tidak terdengar oleh manusia, yang mana suara-suara tersebut adalah pujian terhadap keagungan nama Allah, kesemua benda atau sesuatu yang tidak terdengar oleh kita frekuensi suaranya termasuk sel tubuh kita, sesungguhnya kesemuanya itu selalu memanggil dan menyeru namaNya di setiap waktu dan kejap, sehingga tidak pernah terlepas dari dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi banyak dari manusia yang kenyataannya mereka adalah makhluk hidup, justru mereka lalai dan lupa kepada Allah dikarenakan hati mereka yang mati, sehingga lebih mati dari benda-benda yang mati, karena benda-benda mati sebenarnya hidup dan senantiasa berdzikir dan memuji keagungan nama Allah subhanahu wata’ala. Maka selayaknyalah kehidupan di dunia yang sementara ini tidak dilewatkan dalam kelalaian dari mengingat Allah subhanahu wata’ala, serta berhati-hatilah dalam menjalani kehidupan dunia ini, sebagaimana di dalamnya terdapat anugerah dan musibah yang pasti akan dihadapi oleh manusia. Tidak ada kehidupan tanpa anugerah atau permasalahan, sehingga Allah subhanahu wata’ala menciptakan siang dan malam sebagai pelajaran kepada manusia bahwa kehidupan di dunia ini akan selalu terdapat perubahan dalam setiap waktu dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mampu merubah segala sesuatu. Sebagaimana perubahan yang terjadi pada jasad manusia, dimana setiap sel-sel di tubuh manusia tumbuh dan berkembang dalam setiap detiknya. Manusia tidak akan mampu mengatur perubahan dalam tubuhnya, tidak mampu mengatur detak jantung, tidak mampu mengatur pertumbuhan sel-sel di dalam tubuhnya, tidak mampu mengatur setiap nafas dan lainnya, namun Allah subhanahu wata’ala dengan mudah mampu mengatur hal-hal tersebut. Maka dalam setiap nafasnya manusia selalu berada dalam asuhan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala, sehingga Allah memberikan pengajaran kepada manusia dengan adanya alam dan segala yang ada di dalamnya serta sifat-sifatnya seperti air, tanah, api, udara, cahaya, kegelapan, serta sifat-sifat makhluk lain yang Allah ciptakan seperti malaikat, syaitan, binatang dan tumbuhan, Allah jadikan sifat-sifat tersebut ada dalam hati setiap manusia. Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi :

مَا وَسِعَنِيْ أَرْضِيْ وَلَا سَمَائِيْ وَلَكِنْ وَسِعَنِيْ قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ

“ Tidak dapat menampung-Ku (rahasia keluhuran Allah) bumi-Ku atau langit-Ku, akan tetapi mampu menampung-Ku hati hamba-Ku yang beriman”

Maka sanubari seorang yang beriman lebih luas dan kuat dari seluruh alam semesta, karena mampu menampung keluhuran dan cahaya keagungan Allah subhanahu wata’ala, yang mana tidak mampu ditampung oleh alam semesta, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

( الحشر : 21 )

“Jika Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, niscaya engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”. ( QS. Al Hasyr : 21 )

Gunung akan hancur jika diturunkan kepadanya Al qur’an karena takut pada kewibawaan Allah subhanahu wata’ala, namun sanubari manusia yang beriman mampu menerima dan menampung kewibawaan Allah, kecintaan dan kasih sayang Allah, dan segala sifat keluhuran Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Sempurna dan Maha memilki segala kesempurnaan, Maha Memiliki segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, akan tetapi waspadalah jangan sampai sanubari kita terbawa ke dalam sifat-sifat yang tidak baik dari mahkluk yang Allah ciptakan. Sebagaimana dalam setiap hati manusia terdapat sifat-sifat dari segala makhluk, seperti sifat pemarah, dimana sifat ini dikiaskan sebagai sifat seekor anjing, dan hawa nafsu atau syahwat dikiaskan sebagai sifat dari seekor babi, yang mana hewan-hewan tersebut dihukumi sebagai hewan yang najis, akan tetapi tidak satu pun dari hewan tersebut yang memprotes kepada Allah karena telah diciptakan sebagai hewan yang najis, padahal hewan-hewan tersebut senantiasa berdzikir dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala. Tentunya hewan tidak lebih baik dari kita sebagai manusia, akan tetapi justru kita sering lalai dari mengingat Allah dan barangkali di dalam hati kita sering memprotes akan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Kelak di akhirat manusia akan muncul dalam wujud yang sesuai dengan keadaan sanubarinya hari-hari yang terlewatkan dalam kehidupannya di dunia, apakah muncul dalam bentuk hewan ataukah muncul dalam bentuk manusia yang bercahaya?!. Maka perhatikanlah waktu dan hari-hari yang kita lewatkan dalam kehidupan kita, apakah terlewatkan dalam keluhuran atau dalam kehinaan?!. Maka jadikanlah panutan kita adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia yang paling ramah terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata’ala, dimana segala tuntunan dari perbuatan dan perkataannya adalah bimbingan dari Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :

أَدَّبَنِيْ رَبِّيْ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِيْ

“Tuhanku telah mendidikku dan Dia mendidikku dengan sebaik baik-baik pendidikan”.

Allah subhanahu wata’ala telah membimbing dan mengajari nabi Muhammad adab bahkan terhadap butiran tanah yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menginjakkan kaki diatasnya untuk berjalan perlahan-lahan dan tidak menghentakkan kaki di bumi, sebagaimana firmanNya subhanahu wata’ala :

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا

( الفرقان : 63 )

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”. ( QS. Al Furqan : 63 )

Saat ini banyak ummat Islam di dunia yang dibuat murka akan perbuatan orang-orang yang menghina dan melecehkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya kita semua mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi jangan kita jadikan emosi kita ummat islam dikendalikan oleh mereka orang-orang yang tidak menyukai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga mereka dengan mudah dapat membuat ummat Islam marah atau tenang sesuai keinginan mereka, yang semestinya merekalah yang kita seru kepada kemuliaan bukan justru kita yang dikendalikan oleh mereka, dan hal itu pun (penghinaan terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) tidak akan terjadi kecuali dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, dan hal tersebut juga telah terjadi 14 abad yang silam di masa hidup beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka dalam menghadapi hal ini, kita jadikan nama beliau shallallahu ‘alaihi wasalam semakin menjadi harum dan indah dengan mengenalkan budi pekerti luhur beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada keluarga, kerabat dan teman-teman kita. Jangan sampai kita yang semasa di dunia seakan-akan adalah orang yang paling mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, justru lebih menghinakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam daripada orang-orang yang tampaknya telah menghina nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena kita terpancing emosi dan kemarahan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran disekitarnya. Dan hal ini kelak akan terungkap di hari kiamat, di saat kita dihisab oleh Allah dan disaksikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh Allah apakah ummat beliau melakukan perbuatan-perbuatan tersebut (kerusakan dan kehancuran yang disebabkan kemarahan akan hinaan terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), maka nabi Muhammad harus membenarkan setiap pertanyaan Allah akan perbuatan yang telah dilakukan ummatnya ketika di dunia. Maka perbuatan dosa tersebut kelak di hari kiamat akan mempermalukan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Maka kendalikanlah emosi dalam menghadapi peristiwa tersebut, dengan berfikir yang manakah perbuatan yang membawa manfaat atau keburukan. Dan hal tersebut Allah subhanahu wata’ala izinkan untuk terjadi?, karena ummat Islam banyak yang telah melupakan nabi mereka shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga kejadian tersebut membuat mereka ingin lebih mengetahui nabi mereka, betulkah nabi mereka seperti yang orang-orang tuduhkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dengan itu mereka akan lebih mempelajari sirah dan akhlak-akhlak nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga orang-orang yang di luar Islam pun akan tertarik perhatian mereka untuk mengetahui apakah betul demikian sosok nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga mereka pun akan mencari tahu dan mempelajari tentang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana dengan hal tersebut mereka akan mengenal dan mengetahui bahwa seorang (nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) yang dihina dan dilecehkan itu adalah sosok manusia yang paling baik, manusia yang paling ramah dan berlemah lembut kepada semua orang baik yang seagama dengannya atau pun orang yang berbeda agama dengannya, bahkan terhadap musuh-musuhnya sekalipun. Dan bulan Dzulqa’dah ini mengingatkan kita pada perjanjian Hudaibiyah yang terjadi di bulan Dzulqa’dah tahun 6H, dimana ketika itu 1500 muslimin menuju ke Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah, namun dihalangi oleh orang kafir quraisy, padahal kaum muslimin disaat itu tidak ada yang membawa senjata apapun atau peralatan perang yang lainnya, karena mereka hanya ingin melakukan ibadah Umrah dan Haji, namun kuffar quraisy tetap tidak memberi izin untuk masuk ke Makkah, sehingga mereka membuat perjanjian yang menguntungkan fihak quraisy, yang mana diantara perjanjian tersebut adalah jika kaum muslimin yang di Makkah akan berangkat ke Madinah maka harus dengan seizin para pembesar quraisy, akan tetapi penduduk Madinah yang ingin ke Makkah dan masuk pada agama quraisy maka tidak boleh dihalangi dan dilarang. Adapun hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut adalah kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin akan tindakan kuffar quraisy terhadap mereka dalam perjanjian Hudaibiyah tersebut yang sangat menyakitkan kaum muslimin, sehingga 2 tahun setelahnya terjadilah fath Makkah di tahun 8 H, dan jumlah muslimin di saat itu adalah 10.000, sehingga dengan jumlah yang besar tersebut kaum kuffar quraisy tidak lagi mampu untuk menghalangi mereka ketika memasuki kota Makkah, dan ketika itu mereka juga tidak membawa senjata apa pun. Kemudian 2 tahun setelah kejadian Fath Makkah yaitu tahun 10 H Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan haji wada’ (haji perpisahan) bersama 120.000 kaum muslimin. Demikian pesat perkembangan Islam sebab budi pekerti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Adapun riwayat yang tadi kita baca menunjukkan kemuliaan cinta para sahabat terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana sayyidina Ubaidah merasa sangat cemburu terhadap Ibn Sirin yang memilki dan menyimpan sehelai rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga baginya jika memilki sehelai rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka itu lebih ia cintai dari dunia dan seisinya, sebab kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa Ibn Sirin adalah putra Sirin yang ia adalah pembantu sayyidina Anas bin Malik Ra, dan sayyidina Anas bin Malik adalah pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana Rasulullah jadikan sebagai anak angkat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian kecintaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan tahallul di saat Haji Wada’ maka tidak sehelai pun dari rambut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang terjatuh ke bumi, akan tetapi helaian rambut-rambut beliau terjatuh di tangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum.

Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah mengabulkan seluruh hajat kita, menghapus seluruh dosa-dosa kita, menjauhkan kita dari segala musibah dan permasalahan, serta mempermudah kita dalam mencapai keluhuran, kemuliaan, kebahagiaan di dunia dan akhirat.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.